SELAMAT DATANG DI MWI KARANGDUWUR PETANAHAN KEBUMEN

SELAMAT DATANG DI MWI KARANGDUWUR PETANAHAN KEBUMEN
Terima Kasih anda telah membuka Blog kami, semoga informasi yang Anda cari, dapat ditemukan.

Jangan lupa, Klik Juga Posting Lama atau Posting Baru.
Tempat Klik nya ada di bagian paling bawah halaman ini.

Kamis, 08 April 2010

Biografi Ahmad Ibn Hanbal. Ulama yang melarang para murid-muridnya menuliskan perkataan-perkataan darinya dan hasil istimbath hukumnya.


AHMAD BIN HANBAL RAHIMAHULLAH,
IMAM AHLUS SUNNAH

Oleh :Rusdi At-Tibinjy

Al-Muzni berkata, Imam Asy-Syafi’i berkata kepadaku, “Di Baghdad adaseorang pemuda ketika ia berkata haddatstsana, maka semua orang akan percaya kepadanya dan membenarkan ucapannya.” Ketika aku bertanya tentang siapakah pemuda itu maka Imam Asy-Syafi’i menjawab, “Pemuda itu adalah Ahmad bin Hambal.”

Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad din Hambal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdillah bin Hayyan bin Abdillah bin Anas bin Auf bin Qasath bin Mazin bin Syaiban bin Dzahl bin Tsa’labah bin Ukabah bin Sha’b bin Ali bin Bakar bin Wa’il bin Qasith bin Hanab bin Qushay bin Da’mi bin Judailah bin Asad bin Rabi’ah bin Nazzar bin Ma’d bin Adnan. Nasab Imam Ahmad bin Hambal bertemu dengan Rasulullah pada Nazzar.

Dari Muhammad bin Abbas An-Nahwi, dia berkata, “Aku pernah melihat Ahmad bin Hambal, dia berwajah tampan, berbadan sedang, bercelak, dan jenggotnya berwarna hitam. Dia mengenakan pakaian dari kain kasar yang berwarna putih dengan sorban dikepala dan selendang dipundaknya”. Dia adalah salah seorang sahabat yang istimewa bagi Imam Asy-Syafi’i. Hubungan persahabatan mereka berdua selalu terjalin dengan amat baik sampai Imam Asy-Syafi’i meninggalkan Baghdad menuju Mesir. Harmalah menceritakan bahwa pada waktu Imam Asy-Syafi’i bertolak ke Mesir dari Irak ia berkata, “tidak aku tinggalkan di Irak orang yang menyerupai Ahmad bin Hambal.”

Kelahirannya.

Ibunya mengandungnya di Moro kemudian pergi ke Baghdad lalu melahirkan Ahmad bin Hambal pada bulan Rabiul Awal tahun 164 Hijriyah. Ayah Imam Ahmad bin Hambal (yang bernama) Muhammad adalah seorang walikota daerah Sarkhas dan salah seorang anak penyeru Daulah Abbasiyah. Muhammad meninggal pada usia tiga puluh tahun pada tahun 179 Hijriyah. Awal Menuntut Ilmu dan Perjalanan Menuntut Ilmu Al-Ulaimi berkata yang ringkasnya adalah sebagai berikut, “Sejak kecil Ahmad bin Hambal sudah menampakkan tanda-tanda kelebihannya dengan menguasai berbagai disiplin Ilmu dan banyak menghafal hadits. Ketika dia hendak pergi pagi-pagi sekali untuk mencari hadits, ibunya mengambilkan baju untuknya sambil berpesan, “tunggulah sampai terdengar adzan atau sampai orang-orang keluar di waktu pagi.”

Dia telah menempuh rihlah (perjalanan untuk mencari Ilmu) keberbagai negara,seperti Kufah, Bashrah, Hijaz, Makkah, Madinah, Yaman, Syam, Tsaghur, daerah-daerah pesisir, Maroko, Al Jazair, Persia, Khurasan, daerah pegunungan, serta ke lembah-lembah dan lain sebagainya. Dia sudah mencari hadits sewaktu berumur enam belas tahun dan masuk ke Kufah untuk pertama kali dalam perjalanan rihlahnya pada saat Husyaim meninggal yaitu pada tahun 183 Hijriyah. Kemudian dia memasuki Kufah pada tahun 186 Hijriyah dan berguru pada Sufyan bin ‘Uyainah. Setelah itu ia melanjutkan perjalanan menuju Makkah pada tahun 187 Hijriyah dimana Al-Fudhail bin Iyadh meninggal. Pada tahun itu juga ia melaksanakan haji untuk pertama kalinya. Dia berguru kepada Abdurrazaq di Shan’a daerah Yaman pada tahun 197 Hijriyah dan akhirnya menemani Yahya bin Ma’in.

Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Al-Khathib dengan sanadnya dari Abdullah bin Ahmad bin Hambal dari Abu Zur’ah Ar-Razi dia berkata, “Ahmad bin Hambal telah hafal sebanyak 1.000.000 (satu juta) hadits.” Ketika hal itu ditanyakan kepada Ahmad, “bagaimana kamu dapat menghafalnya ?” maka Ahmad menjawab, “Aku selalu mempelajarinya dengan menjadikannya beberapa bab.”

Al-Husain bin Muhammad bin Hatim yang terkenal dengan sebutan Abid Al-Ajl dari Mihnan bin Yahya dia berkata, “Aku belum pernah melihat orang yang lebih baik dalam segala hal dari Ahmad bin hambal. Aku telah melihat Sufyan bin ‘Uyainah, Waqi’ bin Al-Jarrah, Abdurrazaq, Baqiyyah bin Al-Walid dan Dhamrah bin Rabi’ah serta ulama yang lain akan tetapi aku tidak melihat orang yang seperti Ahmad bin Hambal dalam keilmuan, kepandaian, zuhud, dan kewara’an.”

Imamnya para Imam,

Ibnu Khuzaimah, memberitahukan dari Muhammad bin Sahtawaih dari Abu Umair bin An-Nuhhas Ar-Ramali berkata, “Sungguh betapa besar kesabarannya terhadap dunia, sungguh dimasa lalu tidak ada orang yang menyamainya dan sungguh betapa dekatnya ia dengan orang sholeh. Ketika ditawarkan kepadanya kemewahan dunia, maka dia menolaknya dan terhadap bid’ah maka ia menentangnya.” Dari Al-Husain bin Ismail dari ayahnya, ia berkata, “Dalam halaqoh pengajian Ahmad bin Hambal biasanya berkumpul kira-kira 5000 (lima ribu) murid atau lebih. Diantara mereka itu, minimal terdapat lima ratus ahli hadits menulis hadits sementara selebihnya adalah orang-orang yang belajar akhlak dan budi pekertinya.”

Karya-karyanya

Ibnu Jauzi berkata, “Ahmad bin Hambal tidak pernah kelihatan menulis kitab dan dia juga melarang untuk menulis perkataan dan masalah-masalah dari hasil istimbatnya.
Walaupun begitu, dia mempunyai karya yang banyak disamping menelurkan karya Al-Musnad yang didalamnya terdapat 30.000 (tiga puluh ribu) hadits. Adz-Dzahabi menambahkan, “Kitab karyanya yang lain adalah kitab Al-Iman dan kitab Al-Asyribah. Kedua kitab ini lembaran-lembarannya merupakan lembaran dari kitab karyanya Al-Faraidh.

Guru dan Murid-Muridnya

Guru-gurunya : Sebagaimana disebutkan Al-Khathib diantara guru-gurunya adalah : Ismail bin Ulaiyah, Husyaim bin Busyair, Hammad bin Khalid Al-Khayyad, Manshur bin Salamah Al-Khaza’I, Al-Muzhaffar bin Mudrak, Utsman bin Umar bin Fasis, Abu An-Nadhr Hasyim bin Al-Qasim, Abu Said maula Bani Hasyim, Muhammad bin Yazid, Yazid bin Harun Al-Wasithiyin, Muhammad bin Abi Adi, Muhammad bin Ja’far Ghundar, Yahya bin Said Al-Qaththan, Abdurrahman bin Mahdi, Bisyr bin Al-Mufadhdhal, Muhammad bin Bakar Al-Barsani. Selain mereka, masih banyak lagi guru Imam Ahmad bin Hambal. Al-Mizzi dalam kitab karyanya Tahdzib Al-Kamal manyebutkan bahwa guru Imam Ahmad bin
Hambal itu sebanyak 104 (seratus empat) orang. Murid-muridnya : Diantara orang yang meriwayatkan hadits dari Ahmad antara lain ; Kedua anaknya yang bernama Shaleh dan Abdullah, seorang anak paman Imam Ahmad yang bernama Hambal bin Ishaq, Al-Hasanbin AshShabbah Al-Bazzar, Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani, Abbas bin Muhammad bin Ad-Duri, Muhammad bin Ubaidillah Al-Munadi, Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Muslim
bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Abu Zur’ah, Abu Dawud As-Sijistani, Ibrahim Al-Harbi
dan lain-lain.

Keteguhannya Mengikuti Sunnah
Imam Ahmad berkata, “Aku tidak pernah menulis satu pun hadits Rasulullah
kecuali hadits itu sudah aku amalkan. Ketika aku menjumpai hadits, “Sesungguhnya Rasulullah pernah berobat dengan berbekam dan memberi upah Abu Thaibah satu Dinar”(HR.Al-Bukhari,4/380,Muslim,10/242,Malik,2/974). Maka akupun telah mempraktekkannya dengan memberikan upah satu dinar kepada tukang bekam.” Abdullah bin Ahmad bin Hambal mengatakan, “Aku tidak pernah melihat ayahku bercerita tanpa kitab kecuali kurang dari seratus hadits, aku juga pernah mendengar ayahku berkata, “Imam Asy-Syafi’i berkata kepadaku, “Wahai Abu Abdillah, apabila kamu menjumpai hadits yang menurutmu shahih, maka tolong beritahukan kepadaku agar aku mengikutinya, baik hadits dari Kuffah, Bashrah, maupun dari Syam. Sesungguhnya kamu lebih tahu tentang hadits yang shahih dari pada aku.”


Cobaan yang Menimpanya

Secara silih berganti dan berurutan Ahmad bin Hambal menghadapi cobaan
dari empat penguasa sekaligus yaitu Al-Makmun,Al-Mu’tashim,Al-Watsiq dan Al-
Mutawakkil. Diantara keempatnya ada yang mengancam dan menteror ada yang
memukul dan memasukkannya kepenjara, ada yang menggiring dan berlaku kasar
kepadanya dan yang terakhir mengiming-imingi kekuasaan dan harta kekayaan.
Ini salah satu dialog Imam Ahmad bin Hambal dengan Al-Mu’tashim. Al-
Mu’tashim berkata, “Apa pendapatmu tentang Al-Quran?”. Dia menjawab, “Al-
Quran adalah firman Allah yang Qadim dan bukan makhluk. Allah telah berfirman,
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengan firman Allah” (At-
Taubah : 6)
Al-Mu’tashim bertanya lagi, “Apakah kamu mempunyai Hujjah yang lain ?”
Dia menjawab, “ada, yaitu firman Allah yang berbunyi,
“[Tuhan] yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran.”(Ar-
Rahman : 1-2)
Dalam ayat ini Allah tidak berfirman, “[Tuhan] yang Maha Pemurah, yang
menciptakan Al-Quran.” Allah juga berfirman,
“ Yaa Siin. Demi Al-Quran yang penuh hikmah.” (Yasin :1-2)
Dalam ayat ini Allah tidak berfirman, “Yaa Siin. Demi Al-Quran yang
makhluk.”
Setelah mendengar penjelasan Imam Ahmad ini, Al-Mu’tashim lalu berkata,
“Penjarakan dia”.
Pada masa khalifah Al-Mutawakkil, beliau sangat memperhatikan
kesejahteraan, memuliakan dan mengagungkan Ahmad bin Hambal. Al-Mutawakkil
memberikan baju, uang dirham dan baju mantel kebesaran kepada Imam Ahmad.
Namun Imam Ahmad menyingkap pemberian itu justru dengan menangis seraya
berkata, “sejak enam puluh tahun aku dapat selamat dari ini semua, akan tetapi di
penghujung usiaku, Engkau uji aku dengan ini.”

Sakit dan Meninggalnya

Imam Al-Bukhari berkata, “Abu Abdillah mulai sakit dua malam memasuki bulan Rabiul Awal dan meninggal pada hari jum’at tanggal 12 Rabiul Awal.” Al-Khallal berkata, “Al-Marwazi berkata, “Jenazahnya dikuburkan dari rumah duka setelah orang-orang selesai menunaikan sholat Jum’at.” Rasulullah bersabda,
“Tidak meninggal seorang yang berIslam pada hari Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR.Ahmad,2/169,At-Tirmidzi,9/195)
Abu Bakar Al-Khallal berkata, “Aku telah mendengar Abdul Wahab Al-Warraq berkata, “kami belum pernah tahu ada kumpulan manusia sebanyak ini baik di masa Jahiliyah maupun setelah masa Islam. Semua tempat penuh dengan manusia, jumlah mereka yang turut mengiringi jenazahnya mencapai sekitar 1000.000 (satu juta) orang. Turut hadir di perkuburannya perempuan sekitar 60.000 (enam puluh ribu) orang. Begitu banyaknya manusia sehingga para penduduk setempat membuka pintu rumah mereka untuk tempat wudhu.

Sumber :
Min A’lam as-Salaf ( 60 Biografi Ulama Salaf )
Syaikh Ahmad Farid

Tidak ada komentar: